Batik Complongan: Keindahan Lubang-Lubang Kecil dari Indramayu

Pernah kepikiran kenapa batik Complongan Indramayu itu unik banget? Bayangin saja—motifnya muncul dari deretan lubang halus yang bikin kainnya terlihat “bernapas”!

Sejarah Singkat

Batik Complongan—atau dikenal juga sebagai Batik Dermayon—berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Teknik complongan, yang artinya “melubangi” dalam bahasa lokal, sudah dipakai sejak abad ke-19 atau bahkan awal abad ke-20 oleh perajin lokal, terutama istri-istri nelayan yang menunggu suami melaut. Motif khasnya berupa titik-titik kecil, tercipta dari lubang-lubang halus (nyomplongi) yang dibuat dengan alat khusus berisi puluhan jarum halus berdiameter sekitar 0,5 mm.

Motif Complongan & Teknik Pembuatannya

Motif Batik Complongan terinspirasi dari kehidupan pesisir—flora, fauna laut, tumbuhan, hingga kapal nelayan—hasil akulturasi budaya Sunda, Jawa, dan pengaruh Tiongkok. Proses pembuatannya: kain dilapisi malam seperti biasa, lalu dilubangi menggunakan deretan jarum sebelum dicelupkan ke pewarna alami; pewarna menutup lubang-lubang tersebut dan membentuk motif unik. Teknik ini memberi tekstur dan estetika khas yang berbeda dari batik lain.

Contoh Motif Batik Complongan

1. Sekar Niem

Motif ini terinspirasi dari keindahan bunga khas Indramayu. Nama “Sekar” berarti bunga, dan “Niem” merujuk pada tanaman paku yang banyak tumbuh pesisir. Motif ini mencerminkan keanggunan dan harapan bagi pemakainya. Presiden Jokowi dan Ibu Iriana menyatakan ketertarikan khusus pada motif ini saat melihat stand Batik Complongan di Gelar Batik Nusantara 2023.

2. Iwak Etong

Berbentuk seperti ikan besar yang berdaging tebal—”etong” dalam bahasa Sunda—motif ini dianggap simbol kemakmuran dan keberuntungan, terutama bagi para nelayan. Motif ini juga mencuri perhatian Presiden Jokowi dalam Gelar Batik Nusantara 2023.

3. Motif Flora dan Fauna Laut

Motif lainnya menggambarkan elemen-elemen dari kehidupan pesisir seperti udang, cumi, ikan, tumbuhan laut, hingga kapal nelayan—mencerminkan budaya maritim Indramayu. Kehadiran unsur flora-fauna laut ini merupakan akulturasi budaya Jawa, Sunda, dan Tiongkok.

4. Pola Geometris & Titik Jamak (Lubang Jarum)

Bukan motif representasional, melainkan pola dekoratif yang menonjolkan teknik complongan—deretan lubang jarum kecil yang membentuk titik-titik atau pola geometris berulang. Teknik ini memberi tekstur unik dan jadi identitas utama batik ini.

Pengakuan & Penerimaan Modern

Batik Complongan kini mendapatkan pengakuan formal sebagai warisan budaya. Sudah terdaftar sebagai Indikasi Geografis oleh DJKI sejak 2021 dan juga dikenai label lokal dengan kode khusus untuk menjaga orisinalitas serta hak perajin. Bahkan batik ini pernah tampil di ajang internasional seperti WIPO (World Intellectual Property Organization) di Jenewa, menjadi simbol diplomasi budaya Indonesia. Di tingkat lokal, batik ini juga jadi favorit di Dekranasda Jabar dan digemari oleh desainer kontemporer maupun pasar dalam dan luar negeri—makin menunjukkan kalau warisan lokal bisa bersinar di era global.