Generasi Y atau yang dikenal dengan generasi milenial merupakan kelompok orang yang lahir pada 1981-1995. Lahir di zaman teknologi yang canggih membuat mereka menghabiskan waktu seharian di depan layar, tak terkecuali aku hehe. Dengan seringnya mengkonsumsi konten-konten dari luar negeri membuat mereka perlahan-lahan mulai mengikuti budaya luar seperti, cara berbicara, cara berpakaian hingga etika.
Nah, menariknya ketika berbicara tentang cara berpakaian, yang terbesit di otakku adalah baju tradisional. Aku ingat, aku hanya memakai baju tradisional kebaya saat hari kartini yang jatuh pada tanggal 21 April dan setelah itu sudah tidak memakainya atau memikirkannya sama sekali. Padahal kalau membicarakan kain tradisional Indonesia gak bakal ada habisnya.
Tercatat ada sebanyak 33 jenis kain tradisional yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Aku yakin dari semua tenun tradisional yang kita punya setidaknya ada sepuluh jenis yang akan membuat para generasi milenial terlihat lebih cantik dan anggun.
Berikut sepuluh jenis tenun tradisional Indonesia yang wajib dicoba para generasi millenial.
Ketika ingat batik, kamu pasti akan mengingat Negara Indonesia. Batik sendiri merupakan salah satu jenis seni tradisional yang mendunia. Batik berhasil ditetapkan sebagai warisan tak benda milik Indonesia oleh UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Setelah diresmikan, pemerintah langsung menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Dengan adanya hari pengatan inilah pemerintah mengharapkan seluruh masyarakat Indonesia akan selalu mengapresiasi dan meletarikannya.
Yang terkenal yaitu batik yang berasal dari Pulau Jawa. Biasanya memiliki makna khusus dalam proses pembuatan motifnya. Ada beberapa motif batik Jawa yang seng aku dengar yaitu motif batik parang, motif batik sidomukti, motif batik truntum, dan motif batik kawung.
Songket sendiri berasal dari kata tusuk dan cukit yang disingkat menjadi su-kit lalu dibaca sungkit dan berubah menjadi songket. Songket merupakan salah satu kain tradisional yang berasal dari Sumatra Selatan yang menurutku memiliki nilai seni yang tinggi karena proses pembuatannya yang cukup rumit dan membutuhkan waktu lama.
Proses pembuatannya yang aku ketahui ada dua macam yaitu menenun dasar dengan tenunan polos dan menenun ragam hias pada atasnya. Banyak jenis songket yang terkenal seperti songket lepus, songket tretes, dan songket limar. Dengan proses pembuatan yang rumit ini membuat kain tradisional songket Palembang memiliki harga yang fantastis sekitar jutaan rupiah.
Tenun karo merupakan kain tradisional Suku Karo yang dibuat dari bahan kapas. Menarik, ‘kan? Proses pembuatannya sendiri dipintal dan ditenun secara manual, lho. Lalu setelah itu akan diberi corak dan pewarna. Proses pembuatan kai tenun karo ini sekitar seminggu hingga sebulan tergantung tingkat kesulitan motifnya.
Tenun karo biasanya digunakan untuk berbagai acara penting seperti upacara adat dan hari besar. Namun, saat ini kamu bisa menemukannya di keidupan sehari-hari karena sudah dimodifikasi menjadi atasan, rok, celana dan gaun, lho. Kalau kamu penasaran bagaimana modelnya, kamu bisa langsung cek di toko online.
Minahasa, salah satu daerah di Pulau Sulawesi yang kaya akan keindahan alamnya. Tak hanya itu saja, Minahasa juga memiliki keanekaragaman budaya yang khas yaitu tenun Pinawetengan. Tenun tradisional ini didapat dari guratan diatas batu yang ditemukan oleh penduduk kanonang.
Kain pinawetengan sendiri memiliki motif yang berbagai macam seperti bunga matahari, lukisan orang, tulisan kuno, garis-garis dan fauna. Moti-motif itu tadi akan dipadukan dengan warna yang cerah yang akan membuatnya terlihat sangat cantik. Menurutku sih dengan motif unik dan warnanya yang cerah sangat cocok untuk generasi milenial.
Kamu mungkin asing dengan kata “tenun lurik”. Yup, aku pun juga merasakannya. Namun, ternyata jenis ini tidak asing dimata, lho. Jenis kain tradisional tenun lurik ini memiliki motif garis-garis yang beranekaragam warna.
Tenun lurik ini terbuat dari bahan serat, kapas, serat kayu, dan serat sutera. Tak hanya itu saja, lurik juga ada yang sintesis, lho. Proses pembuatannya membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan. Untukproses pembuatannya memang membutuhkan waktu yang lama daripada batik namun, harganya lebih murah dari batik tulis, lho.
Tenun ikat dayak merupakan kain tradisional yang melambangkan kesejahteraan sekaligus identitas Suku Dayak, Kalimatan Barat. Motifnya pun bervariasi dan penuh makna. Seperti yang banyak diketahui orang, tenun ikat dayak sintang ini memakai pewarna kimia dengan seligi beras yang berbaris. Hal ini memiliki makna beras sebagai makanan pokok dan diartikan sebagai betapa sejahteranya Indonesia menjadi lumbung padi. Penuh makna, ‘kan?
Proses pembuatannya sendiri cukup panjang mulai dari menanam kapas, memintal benang, pewarnaan, mengikat motif hingga menenun. Dengan segala proses pembuatan yang rumit ini, kain tradisional ini pastinya cocok dan wajib dicoba generasi milenial untuk segala macam acara.
Kain ini awalnya sangat disakralkan oleh masyarakat Bali karena tenun cepuk rangrang ini hanya digunakan pada upacara-upacara keagaman saja. Namun, seiring perkembangan zaman yang semakin maju, kain tradisional ini juga dapat digunakan untuk berbagai acara lainnya.
Kata rangrang sendiri memiliki arti bolong-bolong. Sesuai dengan namanya, memiliki ruang-ruang kecil atau berlubang yang memiliki simbol sifat transparansi. Transparasi disini diartikan sifat masyarakat Bali yang jujur dan terbuka.
Ingat Danau Toba ingat kain tradisional ulos. Biasanya digunakan dalam acara upacara adat. Proses pembuatannya yaitu menenun dengan mengunakan alat tenun tradisional. Ciri khas ini terletak pada warnanya yaitu merah, hitam, putih dan dihiasi ragam tenunan dari benang emas dan perak.
Sama seperti kain tradisional lainnya, awalnya ulos Batak Toba ini hanya diproduksi dalam bentuk selendang atau sarung. Namun, lama-kelaman ulos Batak Toba ini dirubah menjadi baju atasan hingga dress yang cantik dan membuat para milenial terlihat anggun.
Keunikan kain batik Betawi ini bisa kamu lihat pada warnanya yang semarak sesuai dengan selera orang betawi yang meriah. Motifnya sendiri terinspirasi dari kesenian budaya betawi yaitu tarian khas betawi, ondel-ondel, si pitung dan monas. Biasanya batik Betawi ini dijual dengan harga mulai 10 ribu hingga jutaan rupiah per potongnya tergantung seberapa rumit motifnya. Menurutku harganya cukup terjangkau generasi milenial, nih.
Tenun tradisional ini sempat menggegerkan publik karena berhasil ditampilkan dalam acara fashion show Dior di Prancis pada Oktober 2020. Sebagai warga Negara Indonesia yang memiliki kain endek ini, aku cukup bangga, lho. Ternyata tak hanya batik yang dikenal dunia namun, ada kain endek yang bakal sukses menyaingi tenun tradisional dari negara lain.
Nama kain endek sendiri berasal dari kata “gendekan” atau “ngendek” yang berarti diam atau tetap. Warnya tidak berubah. Jadi, ketika benang pembuatan kainnya diikat dan dicelupkan pada pewarna, warna benang tersebut tidak berubah. Motifnya pun beragam sama serti tenun tradisional lainnya dan bisa dipakai generasi milenial dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, itulah sepuluh jenis kain tradisional yang wajib dicoba para generasi millenial. Dijamin deh semua jenis teun diatas bakal bikin kamu generasi milenial kelihatan lebih cantik dan anggun. Dan terakhir, jangan lupa kita adalah warga Negara Indonesia yang harus selalu menjaga dan melestarian warisan budaya ini.
Punya info situs menarik, tentang batik atau wisata Indonesia? Kirimkan disini.
BatikIndonesia.com adalah komunitas penggemar batik terbesar di Indonesia, dengan 5 juta fans di facebook, instagram, dan website.
Misi kami adalah membantu para pebisnis Batik Indonesia, agar dapat tumbuh terus. Dan semakin menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Alamat Redaksi
Cipinang Indah. Jakarta Timur
Recent Comments